Catatan Bunda
Rabu, 11 November 2020
Kamis, 02 Januari 2020
TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi Semua Perangkat Sekolah
- Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator)
- Membimbing guru dalam hal menyusun dan melaksanakan program pengajaran, mengevaluasi hasil belajar dan melaksanakan program pengajaran dan remedial.
- Membimbing karyawan dalam hal menyusun program kerja dan melaksanakan tugas sehari-hari.
- Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, OSIS dan mengikuti lomba diluar sekolah.
- Mengembangkan staf melalui pendidikan/latihan, melalui pertemuan, seminar dan diskusi, menyediakan bahan bacaan, memperhatikan kenaikan pangkat, mengusulkan kenaikan jabatan melalui seleksi calon Kepala Sekolah.
- Mengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan/latihan, pertemuan, seminar, diskusi dan bahan-bahan.
- Kepala Sekolah sebagai Manajer (Manager)
- Mengelola administrasi kegiatan belajar dan bimbingan konseling dengan memiliki data lengkap administrasi kegiatan belajar mengajar dan kelengkapan administrasi bimbingan konseling.
- Mengelola administrasi kesiswaan dengan memiliki data administrasi kesiswaan dan kegiatan ekstra kurikuler secara lengkap.
- Mengelola administrasi ketenagaan dengan memiliki data administrasi tenaga guru dan Tata Usaha.
- Mengelola administrasi keuangan Rutin, BOS, dan Komite.
- Mengelola administrasi sarana/prasarana baik administrasi gedung/ruang, mebelair, alat laboratorium, perpustakaan.
- Kepala Sekolah sebagai Pengelola Administrasi (Administrator)
- Menyusun program kerja, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
- Menyusun organisasi ketenagaan disekolah baik Wakasek, Pembantu Kepala Sekolah, Walikelas, Kasubag Tata Usaha, Bendahara, dan Personalia Pendukung misalnya pembina perpustakaan, pramuka, OSIS, Olah raga. Personalia kegiatan temporer, seperti Panitia Ujian, panitia peringatan hari besar nasional atau keagamaan dan sebagainya.
- Menggerakkan staf/guru/karyawan dengan cara memberikan arahan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas.
- Mengoptimalkan sumberdaya manusia secara optimal, memanfaatkan sarana / prasarana secara optimal dan merawat sarana prasarana milik sekolah.
- Kepala Sekolah sebagai Penyelia (Supervisor)
- Menyusun program supervisi kelas, pengawasan dan evaluasi pembelajaran.
- Melaksanakan program supervisi.
- Memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru/karyawan dan untuk pengembangan sekolah.
- Kepala Sekolah sebagai Pemimpin (Leader)
- Memiliki kepribadian yang kuat, jujur, percaya diri, bertanggungjawab, berani mengambil resiko dan berjiwa besar.
- Memahami kondisi guru, karyawan dan anak didik.
- Memiliki visi dan memahami misi sekolah yang diemban.
- Mampu mengambil keputusan baik urusan intern maupun ekstern.
- Mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tertulis.
- Kepala Sekolah sebagai Pembaharu (Inovator)
- Mampu mencari, menemukan dan mengadopsi gagasan baru dari pihak lain.
- Mampu melakukan pembaharuan di bagian kegiatan belajar mengajar dan bimbingan konseling, pengadaan dan pembinaan tenaga guru dan karyawan. Kegiatan ekstra kurikuler dan mampu melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya manusia di Komite dan masyarakat.
- Kepala Sekolah sebagai Pendorong (Motivator)
- Mampu mengatur lingkungan kerja.
- Mampu mengatur pelaksanaan suasana kerja yang memadai.
- Mampu menerapkan prinsip memberi penghargaan maupun sanksi hukuman yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) WAKIL KEPALA SEKOLAH
Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:- Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan program pelaksanaan
- Pengorganisasian
- Pengarahan
- Ketenagaan
- Pengkoordinasian
- Pengawasan
- Penilaian
- Identifikasi dan pengumpulan data
- Mewakili Kepala Sekolah untuk menghadiri rapat khususnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan
- Membuat laporan secara berkala
Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:
- Menyusun program pengajaran
- Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
- Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
- Menyusun jadwal evaluasi belajar dan pelaksanaan ujian akhir
- Menerapkan kriteria persyaratan kenaikan kelas dan ketamatan
- Mengatur jadwal penerimaan rapor dan STTB
- Mengkoordinasikan, menyusun dan mengarahkan penyusunan kelengkapan mengajar
- Mengatur pelaksaan program perbaikan dan pengayaan
- Mengatur pengembangan MGMP/MGBP dan koordinator mata pelajaran
- Melakukan supervisi administrasi akademis
- Melakukan pengarsipan program kurikulum
- Penyusunan laporan secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) URUSAN KESISWAAN
Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:- Menyusun program pembinaan kesiswaan (OSIS), meliputi: Kepramukaan, PMR, KIR, UKS, PKS, Paskibraka, pesantren kilat
- Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan kesiswaan/OSIS dalam rangka
- menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah serta pemilihan pengurus OSIS
- Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi
- Menyusun jadwal dan pembinaan serta secara berkala dan insidental
- Membina dan melaksanakan koordinasi 9 K
- Melaksanakan pemilihan calon siswa berprestasi dan penerima bea siswa
- Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah
- Mengatur mutasi siswa
- Menyusun dan membuat kepanitiaan Penerimaan Siswa Baru dan pelaksanaan MOS
- Menyusun dan membuat jadwal kegiatan akhir tahun sekolah
- Menyelenggarakan cerdas cermat dan olah raga prestasi
- Membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) URUSAN SARANA PRASARANA
Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:- Menyusun program pengadaan sarana dan prasarana
- Mengkoordinasikan penggunaan sarana prasarana
- Pengelolaan pembiayaan alat-alat pengajaran
- Mengelola perawatan dan perbaikan sarana prasarana
- Bertanggung jawab terhadap kelengkapan data sekolah secara keseluruhan
- Melaksanakan pembukuan sarana dan prasarana secara rutin
- Menyusun laporan secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) URUSAN HUMAS
Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:- Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan dewan sekolah
- Membina hubungan antara sekolah dengan wali murid
- Membina pengembangan antar sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya
- Membuat dan menyusun program semua kebutuhan sekolah
- Koordinasi dengan semua staf untuk kelancaran kegiatan sekolah
- Menciptakan hubungan yang kondusif diantara warga sekolah
- Melakukan koordinasi dengan semua staf dan bertanggung jawab untuk mewujudkan 9 K
- Menyusun program kegiatan bakti sosial, karya wisata, dan pameran hasil pendidikan (gebyar pendidikan)
- Mewakili Kepala Sekolah apabila berhalangan untuk mnghadiri rapat masalah-masalah yang bersifat umum
- Menyusun laporan secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) KASUBAG TATA USAHA
Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan:- Penyusunan program kerja tata usaha sekolah
- Pengelolaan dan pengarsipan surat-surat masuk dan keluar
- Pengurusan dan pelaksanaan administrasi sekolah
- Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah
- Penyusunan administrasi sekolah meliputi kurikulum, kesiswaan dan ketenagaan
- Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah secara keseluruhan
- Penyusunan tugas staf Tata Usaha dan tenaga teknis lainnya
- Mengkoordinasikan dan melaksanakan 9 K
- Penyusunan laporan pelaksanaan secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) WALI KELAS
Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:- Pengelolaan Kelas:
- Tugas Pokok meliputi:
- Mewakili orang tua dan kepala sekolah dalam lingkungan pendidikan
- Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Membantu pengembangan keterampilan dan kecerdasan anak didik
- Membina karakter, budi pekerti dan kepribadian anak didik
- Keadaan Anak Didik
- Mengetahui jumlah (Putra dan Putri) dan nama-nama anak didik
- Mengetahui identitas lain dari anak didik
- Mengetahui kehadiran anak didik setiap hari
- Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi anak didik
- Melakukan Penilaian
- Tingkah laku anak didik sehari-hari di sekolah
- Kerajinan, Kelakuan, dan Kedisiplinan anak
- Mengambil Tindakan Bila Dianggap Perlu
- Pemberitahuan , pembinaan, dan pengarahan
- Peringatan secara lesan dan tertulis
- Peringatan khusus yang terkait dengan BP/Kepala Sekolah
- Langkah Tindak Lanjut
- Memperhatikan buku nilai rapor anak didik
- Memperhatikan keberhasilan/kenaikan anak didik
- Memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan
- Penyelenggaraan Administrasi Kelas, meliputi:
- Denah tempat duduk anak didik
- Papan absensi anak didik
- Daftar Pelajaran dan Daftar Piket
- Buku Presensi
- Buku Jurnal kelas
- Tata tertib kelas
- Penyusunan dan pembuatan statistik bulanan anak didik
- Pembuatan catatan khusus tentang anak didik
- Pencatatan mutasi anak didik
- Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar
- Tugas Pokok meliputi:
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) GURU PEMBIMBING (BK)
Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan:- Penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
- Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi anak didik tentang kesulitan belajar
- Membgerikan layanan dan bimbingan kepada anak didik agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar
- Memberikan saran dan pertimbangan kepada anak didik dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai
- Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
- Menyusun statistic hasil penilaian bimbingan dan konseling
- Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar
- Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling
- Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan koseling
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) PUSTAKAWAN SEKOLAH
Membantu Kepala sekolah dalam kegiatan:- Perencanaan pengadaan buku/bahan pustaka/media elektronika
- Pelayanan perpustakaan
- Perencanaan pengembangan perpustakaan
- Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika
- Inventarisasi dan pengadministrasian
- Penyimpanan buku/bahan pustaka, dan media elektronika
- Menyusun tata tertib perpustakaan
- Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) LABORAN
Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan:- Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium
- Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium
- Mengatur penyimpanan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat laboratorium
- Membuat dan menyusun daftar alat-alat laboratorium
- Inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat laboratorium
- Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium secara berkala
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) G U R U
Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam melaksanakan KBM, meliputi:- Membuat kelengkapan mengajar dengan baik dan lengkap
- Melaksanakan kegiatan pembelajaran
- Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan, dan ujian.
- Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
- Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
- Mengisi daftar nilai anak didik
- Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan), kepada guru lain dalam proses pembelajaran
- Membuat alat pelajaran/alat peraga
- Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni
- Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum
- Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
- Mengadakan pengembangan program pembelajaran
- Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar anak didik
- Mengisi dan meneliti daftar hadir sebelum memulai pelajaran
- Mengatur kebersihan ruang kelas dan sekitarnya
- Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat
TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) GURU PIKET
- Meningkatkan pelaksanaan 9 K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, kesehatan, keteladanan, dan keterbukaan)
- Mengadakan pendataan dan mengisi buku piket
- Menertibkan kelas-kelas yang kosong dengan jalan menginval
- Pada jam ke 2 harus berusaha menghubungi orang tua siswa yang tidakmasuk tanpa keterangan. Melalui telepon, atau mengunjungi ke rumah bagi yang tidak memiliki telepon
- Mencatat beberapa kejadian:
- guru dan siswa yang terlambat,
- guru dan siswa yang pulang sebelum waktunya,
- kelas yang pulang / dipulangkan sebelum waktunya,
- kejadian-kejadian penting lainnya
- Mengawasi siswa sewaktu berada diluar kelas karena istirahat. Dan keliling kelas sambil mengingatkan siswa untuk beristirahat bagi siswa yang masih berada di dalam kelas
- Petugas piket harus hadir paling sedikit 5 menit sebelum bel masuk.
- Melaporkan kasus-kasus yang bersifat khusus kepada wali kelas atau guru pembimbing
- Mengawasi berlakunya tata tertib sekolah
KODE ETIK PENDIDIK
- Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan negara
- Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik
- Berbakti kepada peserta didik dalam membantu mereka mengembangkan diri
- Bersikap ilmiah dan menjunjung tinggi pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni sebagai wahana dalam pengembangan peserta didik
- Lebih mengutamakan tugas pokok dan atau tugas negara lainnya daripada tugas sampingan
- Bertanggung jawab, jujur, berprestasi, dan akuntabel dalam bekerja
- Dalam bekerja berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan ilmu pendidikan
- Menjadi teladan dalam berperilaku
- Berprakarsa
- Memiliki sifat kepemimpinan
- Menciptakan suasana belajar atau studi yang kondusif
- Memelihara keharmonisan pergaulan dan komunikasi serta bekerja sama dengan baik dalam pendidikan
- Mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa dan tokoh- tokoh masyarakat
- Taat kepada peraturan perundang-undangan dan kedinasan
- Mengembangkan profesi secara kontinu
- Secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi
TATA TERTIB GURU DAN KARYAWAN
- Hari Dinas selama 6 hari kerja
- Mempersiapkan sarana dan kelengkapan proses pembelajaran
- Mengisi daftar hadir saat datang dan pulang
- Mengisi jurnal kegiatan pembelajaran sehari-hari
- Mengumpulkan jurnal kegiatan pada akhir semester
- Melaksanakan tugas piket sesuai jadwal yang telah disepakati
- Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya
- Memahami dan mengamalkan Wawasan Wiyata Mandala
- Apabila berhalangan hadir dalam dinas, harus:
- Ada pemberitahuan (surat / kurir / telepon / SMS)
- Substansi izin harus jelas dan sesuai ketentuan kedinasan
- Ada surat dokter (apabila sakit lebih dari 3 hari)
- Memberikan/mengirimkan tugas untuk siswa melalui guru piket
Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Mekanisme penanganan siswa bermasalah
Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami bahwa di antara kedua pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana tampak dalam bagan berikut :
Tingkatan masalah siswa berserta mekanisme penanganannya
Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakankonferensi kasus.
Masalah (kasus) berat,seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan pengembangan diri.
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Mekanisme penanganan siswa bermasalah
Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami bahwa di antara kedua pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana tampak dalam bagan berikut :
Tingkatan masalah siswa berserta mekanisme penanganannya
Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakankonferensi kasus.
Masalah (kasus) berat,seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan pengembangan diri.
Rabu, 18 Mei 2016
Helping students with learning difficulties
Helping students with learning
difficulties
There are four important areas that ought to be considered
when working with students have learning difficulties, Those areas are:
v Identification:
How do we asses students for learning difficulties
v Accomodation
: How do we modify the instructional environment to help these students
v Motivation:
How do we encourage students with learning difficulties to achieve
v Communication:
How do we ensure that parents stay involved
Identifying students with learning
difficulties
Teacher who has student with learning difficulties must give
some assesments for them. Asking older student to take an inventory will help
teacher and them learn from their perceptions of how well they perform certain
tasks.
But for the younger students, a verbal discussions of these
areas may be more effective than the written inventory
The ability – achievement discrepancy
Some school use the result of IQ test to find the
discrepancy models, the IQ test can be biased, because the results are not
consistent from state to state or even from school district to another.
Schools do not wait for students to fail but attempt to find
at risk students as early as possible
A combined model
Debate will likely continue for some time on the best methods
for identifying whether a child has a learning dissability. One possibility is
to combine portions of several models into one that
- Recognizes the usefulness of the ability-achievement discrepancy
- Incorporates the advantages of a multitier framework
- Includes findings from neuroscience research about brain development and function
Accomodating Students with learning
difficulties
Ø Learn
about learning
Ø Design
a learning profile for each student with learning problems
Ø Use
technology
Ø Modify
the learning environment
Ø Modify
instructional strategies
Ø Modify
the curriculum materials
Ø Get
the reluctant starter going
Ø Maintain
attention
Ø Use
group instruction and peers
Ø Adjust
time demands
Ø Deal
with inappropriate behavior
Ø Modify
homework assignment
Motivating students with learning
difficulties
Five basics strategies that teacher should consider to help
motivate students with learning difficulties
Ø Structure
activities for success
Ø Set
realistic expectations
Ø Link
success to effort
Ø Communicate
positive expectations
Ø Demonstrate
noncontingent acceptance
Communicating with parents
Raising a child with a learning disability can be stressful.
There are so many problems can be happen in their home, some parents improved a
good activity, such as spiritual growth, family harmony. But mostly, parents
report that anger, guilt, blame and frustation.
School personel can help ease parental stress by meeting
personally, give some report daily or weekly.Frequent communication with
parents is important so that all are working together to assist the student in
meeting expectations.
Cybertherapy
TUGAS
ANOTASI BUKU
DENGAN
JUDUL
Cybertherapy
Internet and Virtual Reality as Assessment
and
Rehabilitation Tools for Clinical Psychology
and
Neuroscience
NURBAEITY
1726159042
MAGISTER BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
Judul Buku : Cybertherapy (Internet and virtual
reality as assessment and rehabilitation tools for clinical psychplogy and
neuroscience
Editor : G. Riva, Institute Auxologico,
Italiano, Milan, italia
C.
Botella, Universitat Jaume I. Castellon, Spain
P.
Legeron, Unite de Therapie Comportementale at Cognitive France
G.
Optale, Department of Psychosexology, Mestre, Venice, Italy
Publisher : IOS Press Amsterdam
Tahun : 2004
Halaman : 292 halaman
Buku ini terdiri dari lima
bagian pembahasan yaitu
1.
Cybertherapy
rasional: Kelebihan tekhnologi baru untuk psikologi klinis
2.
Pengalaman
cybertherapy: Percobaan klinis dalam pengobatan kelainan mental
3.
Tekhnologi
cybertherapy; perkembangan alat untuk psikologi klinik
4.
Ergonomi
cybertherapy: Bagaimana mendesain keefektifan peralatan cybertherapy
5.
Masa
depan cybertherapy: scenario dan aplikasi baru
BAGIAN I
RASIONAL
CYBERTHERAPY :
KEUNTUNGAN
DARI TEKNOLOGI BARU UNTUK PSIKOLOGI KLINIK
1.
Praktek
cybertherapy: Proyek VEPSY terkini.
Kemajuan teknologi yang cepat dan jauh jangkauannya yang
mengubah cara orang berhubungan, berkomunikasi, dan hidup. Teknologi yang
hampir tidak digunakan sepuluh tahun yang lalu, seperti Internet, e-mail, dan
telekonferensi video menjadi metode yang akrab untuk diagnosa, terapi,
pendidikan dan pelatihan.
Bidang yang sedang berkembang saat ini adalah cybertherapy yang focus
menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi. Di Eropa tengah berkembang
suatu proyek yang bertujuan untuk telemedicine dan lingkungan virtual portable
dalam psikolgi klinis.
Alat-alat baru mulai berkembang pesat
dalam cybertherapy . Perkembangan internet dan tekhnologi komunikasi baru
berdampak besar bagi psikologi dan psikoterapi. Psikoterapis bergantung lebih
banyak dan lebih tertarik pada alat-alat tekhnologi baru seperti videophone,
audio , video chat, e mail, sms, IMS. Semua tekhnologi ini merangsang mereka untuk secara efektif mengeksploitasi
potensi mereka,sangatlah penting bagi mereka untuk mengembangkan peran
tekhnologi tersebut agar tepat guna dalam proses psikoterapi. Bisakah
tekhnologi menggantikan praktisi kesehatan? Atau alat-alat tersebut menjadi
sumber daya alternatif, selain sumber daya tradisional yang selmaa ini
dijalankan oleh terapis.
Peran teknologi dalam psikoterapi
1. Psikoterapi dilakukan on-line dan
e-terapi yang berbeda dari perawatan tradisional hanya untuk penggunaan media
teknologi
2. Psikoterapi dilakukan on-line tetapi
e-terapi berbeda dari pengobatan tradisional karena komunikasi menderita
perubahan kritis
3. Psikoterapi dilakukan on-line dan
e-terapi dapat preferentially digunakan dengan beberapa pasien
4. Psikoterapi sesuatu yang berbeda dari
e-terapi dan konseling web.
5. E-terapi hanya dapat meningkatkan
tradisional psikoterapi dalam beberapa tahap
2.
Realita
Virtual atau VR dan Psikoterapi
Virtual Reality (VR) adalah sebuah
teknologi baru yang terdiri pada lingkungan grafis di mana pengguna, tidak
hanya memiliki perasaan secara fisik hadir di dunia maya, tetapi ia dapat
berinteraksi dengan itu. Workstation VR pertama dirancang untuk
perusahaan-perusahaan besar untuk menciptakan lingkungan yang mensimulasikan
situasi tertentu untuk melatih profesional. Namun, saat ini ekspansi yang besar
teknologi ini berlangsung dalam beberapa bidang, termasuk bidang kesehatan.
Terutama menarik bagi kita adalah penggunaan VR sebagai alat terapi dalam
pengobatan gangguan psikologis. Dibandingkan dengan perawatan
"tradisional", VR memiliki banyak keuntungan (misalnya, ini adalah
lingkungan yang dilindungi untuk pasien, ia kembali dapat mengalami banyak kali
situasi yang ditakuti, dll.). Sudah ada data tentang efektivitas tekhnologi
dalam berbagai gangguan psikologis, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan dan
gangguan seksual.
3.
Aplikasi
VR dalam Psikoterapi
Kemajuan
tekhnologi VR diaplikasikan dalam pengobatan gangguan kecemasan, diantaranya:
1. Acrophobia
atau phobia ketinggian. Kaiser Permanente Medical Group, California
mengembangkan siste test ini untuk menguji pasien acrophobia. Dalam VR, pasien
harus melewati jembatan suspense dan papan sempit. Penggunaan sistem ini 32
pasien memdapatkan 90% keberhasilan.
2. Spider
phobia atau phobia laba-laba. Kelompok di University of Nottingham dan Institute of Psychiatry telah
mengembangkan sistem VR untuk pengobatan Arachnofobia. Pasien memakai kepala
dipasang layar dengan cara seekor
laba-laba virtual divisualisasikan. . Realisme yang secara bertahap
meningkat sampai tingkat toleransi pasien memungkinkan dia untuk menghadapi
laba-laba di dunia nyata.
3. Flying phobia atau phobia terbang.
Grup Rothbaum yang telah merancang perangkat lunak untuk pengobatan phobia terbang.
4. Claustrophobia. Kelompok kami telah
merancang perangkat lunak untuk pengobatan claustrophobia
5. Pasca-traumatic stress disorder. VR
juga telah digunakan untuk pengobatan posttraumatic stress disorder. Hodges dan
Rothbaum telah mengembangkan perangkat lunak pertama dan memperlakukan veteran
Perang Vietnam dengan skenario virtual
yang mereproduksi gambar perang
6. Fobia sosial. Grup Utara di Atlanta
Universitas Clark menggunakan VR untuk pengobatan rasa takut berbicara di depan
umum. Seseorang seolah berada dalam skenario virtual dan ia memberikan pidato seolah-olah di depan orang banyak, secara bertahap dan
jelas.
7. Fobia
mengemudi. Awal penelitian dilakukan dengan cara membuat VR latihan mengemudi,
sebelum seseorang mulai belajar mengemudi langsung di jalan.
8. Gangguan panik dan Agoraphobia. Utara
group mengembangkan perangkat lunak untuk mengobati agoraphobia dan
memasukkannya ke dalam praktek dalam populasi subklinis
Gangguan makan atau eating disorder
Metode baru diusulkan mengikuti
pedoman yang telah disebutkan sebelumnya. Para peneliti dibidang ini menemukan
model 3D yang mempresentasikan model cacat tubuh yang diakibatkan gangguan
makan kepada pasien. Pasien mampu mengungkapkan bagaimana perasaan mereka dan
bagaimana mereka mengungkapkan apa yang dirasakan tubuh mereka dengan metode
ini.
Gangguan seksual
Tekhnologi baru menampilkan terapi
untuk gangguan perilaku seksual. Mengacu pada apa yang biasanya dikenal sebagai
seks cyber atau kecanduan virtual seks. Kecanduan akan virtual seks ini di
Eropa sudah tercatat sebagai suatu tindakan kejahatan. Para peneliti
merekomendasikan penggunaan tes psikologis, internet seks skrining untuk
pengujian dengan tujuan mengevaluasi beberapa orang yang memerlukan bantuan
akibat kecanduan virtual seks.
4.
Interaksi virtual dalam neuropsikologi
kognitif
Beberapa study terbaru menyelidiki apakah pengetahuan mungkin
direpresentasikan dalam simulasi realitas virtual lingkungan. Merujuk hal
tersebut, afirmasi aplikasi klinis yang berbeda mulai dikembangkan dalam
psikologi.Aplikasi ralitas virtual atau VR
memiliki peran khusus dalam penilaian dan pengobatan penyakit
neuropsikologi.
Tantangan baru dalam pendekatan
aplikasi neuropsikologi kognitif. Tidak hanya dalam menciptakan alat yang
serbaguna dan menarik, namun juga mampu menggantikan yang klasik serta
memperhatikan dukungan perkembangan alat. Aplikasi inovatif berbasis VR akan
mampu memberikan pengaturan rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasien dan akan
memungkinkan untuk proyek rehabilitasi selanjutnya yang dapat dimodifikasi
menurut ketercapaian pasien.
Virtual reality mendukung penciptaan
diri yang aktif bagi pasien dan strategi pembelajaran yang representative. VR
mensimulasi dan membrikan kesempatan
yang kuat untuk membangun makna personel .VR mampu memodifikasi lingkungan,
dimana pasien bisa berinteraksi dengan lingkungan stimulasi yang akan membantu pasien menemukan perilaku
diri yang baru.
BAGIAN II
CYBERTHERAPY PENGALAMAN: UJI KLINIS DALAM PENGOBATAN GANGGUAN MENTAL
5.
Penggunaan VR dalam pengobatan
gangguan panik dan agoraphobia
Gangguan panik dengan agoraphobia
(PDA) dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat penting . Efektivitas terapi perilaku kognitif (CBT)
untuk PDA telah banyak menunjukkan . American National Institute of Health merekomendasikan
program perilaku kognitif sebagai
pilihan pengobatan untuk gangguan ini.
Perawatan berdasarkan VR dapat membantu untuk mencapai tujuan ini. VR
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tekhnik-tekhnik konvensional.
Dalam VR, terapis dapat mengendalikan situasi yang ditakuti dan menjaga keselamatan pasiennya. Keuntungan
lain dari terapi VR adalah lebih bersifat rahasia, karena pengobatan
berlangsung di kantor terapis. Mengingat
intensitas pengobatan untuk penderita
agrophobia memakan waktu yang lama, maka dengan terapi VR menghemat waktu dan
uang secara signifikan .
Keuntungan lain dalam pengobatan
menggunakan VR adalah kemungkinan
pasien berada dalam situasi agoraphobia
dalam VR, terapis dapat merasakan perubahan
sensasi tubuh pasiennya, karena pasien biasanya akan menolak eksposur di
VrR tersebut, karena seolah-olah menghadapi situasi nyata.
A. Pengobatan tradisional pada gangguan
panic dan agoraphobia
Intervensi untuk gangguan mental dan psikososial dengan segala aspek-aspek
dari gangguan fisik, telah dikembangkan oleh komite ahli dari American
Psychological Association dalam rangka untuk perawatan secara empiris berlaku
atau perawatan berdasarkan bukti. Panduan ini untuk merekomendasikan untuk keabsahan internal yang memerlukan analisis
bukti-bukti ilmiah yang tersedia untuk
intervensi yang akan diberikan.
B. Pengobatan modern pada gangguan panic
dan agrophobia menggunakan VR
VR memiliki keunggulan , terutama
dalam cara mengobati gangguan melalui paparan. Paparan atau exposure
menggunakan pencitraan. Didalam paparan, pasien menjalani terapi pada apa yang
dia takuti dengan bantuan psikolog.
6.
virtual Reality eksposur dalam
pengobatan fobia sosial
Deskripsi fobia sosial
sosial fobia adalah ketakutan tidak masuk akal
atau berlebihan pada situasi sosial dan interaksi dengan orang lain yang secara
otomatis dapat membawa perasaan kesadaran diri, penilaian, evaluasi, dan rendah
diri. Dengan kata lain, sosial fobia adalah ketakutan dan kecemasan yang
dihakimi dan dievaluasi secara negatif oleh orang lain, menyebabkan perasaan
ketidakcukupan, malu, penghinaan, dan depresi
Orang dengan fobia sosial biasanya
mengalami tekanan emosional yang signifikan dalam situasi berikut:
diperkenalkan kepada orang lain, dikritik, menjadi pusat perhatian, bertemu
orang-orang dalam otoritas ("orang penting"), pertemuan sosial,
terutama dengan orang asing dan seterusnya.
Manifestasi fisiologis yang menyertai
fobia sosial mungkin termasuk ketakutan, jantung berdebar, keringat berlebihan,
kering tenggorokan dan mulut, gemetar, menelan dengan susah payah, dan otot
berkedut, khususnya tentang wajah dan leher. Terus-menerus, intens kecemasan
yang terus menerus adalah pengertian yang paling umum
Pendekatan tradisional obat
pengobatan perilaku kognitif terapi
• melalui konfrontasi reguler dan
berkepanjangan subjek
• melalui modifikasi pikiran subjek dan /
penilaian situasi sosial (terapi kognitif)
• melalui pembelajaran lebih efisien
tentang perilaku relasional (ketegasan
terapi)
Pengobatan berbasis VR baru
Menggunakan pengaturan buatan, VR
menghilangkan banyak kendala di dalam dunia nyata dank arena itu menjadi alat
yang membawa keuntungan yang signifikan. Salah satu yang menjadi asset uatam
dalam VR adalah kemungkinan bagi terapis mengendalikan intensitas rangsangan, misalnya variasi situasi stress. Untuk
membuat kemajuan kepada pasien dengan cara terus menerus tanpa menekan
pasien. VR eksposur atau yang juga
disebutvirtuo eksposur, menjadi langkah perantara yang berguna bagi pasien
sosial phobia yang merasa enggan untuk menghadapi situasi dunia nyata. Selain
itu semua terapi yang dilakukan di kantor terapis sangat dijaga kerahasiaannya.
7.
Penggunaan VR Dalam Pengobatan
Gangguan Makan
Terapi Perilaku kognitif dalam gangguan makan
Beberapa tantangan untuk masa depan
terapi perilaku kognitif untuk gangguan makan dapat digambarkan sebagai “ pendekatan orientasi gejala yang berkus
pada kepercayaan, nilai dan proses kognitif yang mempertahankan perilaku makan
teratur”. Pendekatan ini didasarkan pada
teori bahwa karakteristik tertentu memiliki harga diri yang rendah, terganggu
dengan keyakinan akan berat badan, penampilan dan penampilan, dan mengarah pada
satu keyakinan tentang satu ukuran tubuh. Keyakinan ini mengarah pada
penggunaan perilaku kompensasi, seperti memaksa diri untuk muntah, puasa,
olahraga berlebihana dan penyalahgunaan
obat pencahar.
Menurut teori sistem psikodinamik, gangguan makan dapat
dianggap sebagi refleksi atau gejala dari masalah yang lebih dalam dalam
struktuk anggota keluarga, caranya bersikap, berekspresi dan memiliki hubungan
yang dinamis atau interaksi antar anggota keluarga. Anak penderita bulimia dan
anoreksia memiliki kesulitan berpisah dari anggota keluarga dan
mengkonsolidasikan identitas pribadinya. Terapi CBT lebih terfokus pada pada
menangani perilaku makannya, daripada mengembangkan kemandirian pasien dalam
situasi interpersonal.
VR dan Telemedicine baru berbasis
pendekatan pengalaman terapi kognitif
Khusus untuk program ini ditekankan
kegiatan sebagai berikut:
a. Memashami asal usul dan penguatan
citra tubuh
b. Mendefinisikan ulang tentang makan
kegemukan dan kekurusan
c. Memeriksa, mengobati, dan mengurangi
pembatasan dalam kegiatan dan perasaan negatif yang dialami pasien ketika
makan.
d. Mengajarkan tekhnik pemberdayaan
terhadap klien untuk mendukung motivasi
untuk mengubah diri pasien
e. Pengembangan individual tentantang
rencana pengobatan mengenai perilaku makan dan latihan.
8.
Disfungsi Seksual Laki-laki: virtual
Reality yang Mendalam dan Multimedia Terapi
Studi ini menjelaskan pendekatan terapeutik
yang menggunakan psiko-dinamis psikoterapi mengintegrasikan lingkungan virtual
untuk menyelesaikan impotensi atau disfungsi ereksi (ED) dan ejakulasi dini
(PE). Rencana untuk terapi terdiri dari 12 sesi
(15 sesi jika pasangan seks
terlibat) selama periode 25-minggu pada perkembangan ontogenetik identitas
seksual laki-laki, dan metode yang melibatkan penggunaan laptop PC, joystick,
Virtual Reality (VR) helm dengan miniatur
layar televisi dirancang khusus
CD-ROM program baru menggunakan Virtools dengan Windows 2000 dan audio CD.
Studi ini terdiri dari 30 pasien, 15 (10 menderita ED dan 5 PE) ditambah 15
pasien kontrol (10 ED dan 5 PE), yang menjalani protokol terapeutik yang sama
tetapi digunakan helm VR tua untuk berinteraksi dengan VE tua yang menggunakan
PC Pentium 133 16Mb RAM. Psikoterapi
sendiri biasanya membutuhkan waktu yang lama pengobatan untuk menyelesaikan
disfungsi seksual. .
BAGIAN III
CYBERTHERAPY TEKNOLOGI: ADVANCED ALAT UNTUK PSIKOLOGI KLINIS
9.
Tekhnologi Baru untuk Menyediakan
Remote Perawatan Psikologikal
Teknologi baru membawa kita kepada
rangkaian aplikasi baru yang kita tidak bisa membayangkannya beberapa tahun sebelumnya. Banyak layanan
telah muncul untuk Internet, Jaringan komputer global: FTP, email, World Wide
Web. Perawatan psikological adalah salah satu aplikasi yang dapat dikembangkan dengan menggunakan
alat-alat ini. Halaman web dinamis yang mencakup informasi yang disiapkan oleh
terapis untuk pasien yang berbeda dan yang menerima informasi dari mereka dapat
dihasilkan. Alat-alat lain seperti e-mail atau chatting dapat digunakan untuk
menyediakan komunikasi langsung.
Database dapat diintegrasikan dalam
aplikasi web untuk menyimpan data tentang pasien berbeda. Beberapa format dapat
digunakan untuk menyimpan informasi, dan beberapa dari mereka seperti XML
memberikan metode yang menjanjikan Standardisasi psikologis data. Menggunakan
alat-alat yang berbeda, lingkungan virtual dapat juga dihasilkan dan
terintegrasi dalam halaman web, sehingga pengobatan psikologis baru seperti paparan lingkungan virtual juga tersedia dari
aplikasi web.
Dasar ini menyediakan struktur yang
memungkinkan bahwa aplikasi baru dapat
dikembangkan. Dalam beberapa tahun, tren baru akan muncul, mungkin salah
satu dari mereka akan menggunakan perangkat nirkabel untuk memberikan perawatan
psikologis dan membantu di mana saja dan kapan saja.
10.
Latar Belakang Tekhnologi Realitas Virtual atau VR
User interface (UI) desain adalah
komponen penting dari aplikasi
lingkungan virtual (Jakarta), dan terutama untuk VE diterapkan untuk obat. User
Interface untuk VE menjadi lebih beragam. Mouse, keyboard, windows, Menu dan
ikon - bagian standar tradisional masih
lazim, tetapiperangkat dan komponen modern
interface yang berkembang dengan
cepat. Ini termasuk perangkat input spasial seperti pelacak, 3-D menunjuk
perangkat, dan keseluruhan tangan perangkat memungkinkan gestural masukan. Tiga
dimensi, multisensory output teknologi - seperti menampilkan stereoskopis
proyeksi, kepala-Mount Display (HMDs), sistem audio spasial, dan perangkat
haptic - juga menjadi lebih umum. Dalam bab ini kami menyajikan ikhtisar
singkat 3-D interaksi dan pengguna antarmuka teknologi untuk VE.
BAGIAN IV
CYBERTHERAPY ERGONOMICS: BAGAIMANA MERANCANG ALAT EFEKTIF CYBERTHERAPY
11.
ergonomi dari lingkungan Virtual untuk
digunakan klinis
Kegunaan didefinisikan oleh
organisasi standar internasional sebagai "efektivitas, efisiensi dan
kepuasan yang dapat dicapai tujuan
spesifik di lingkungan tertentu" . Definisi ini menyoroti kebutuhan untuk
mempertimbangkan tujuan spesifik teknologi tertentu dan mencerminkan tren saat
ini dalam interaksi manusia-komputer (HCI). Sesuai dengan kata-kata ini,
evaluasi akan dijelaskan di sini dari Virtual lingkungan (VE) . Setelah
Deskripsi kerangka kerja konseptual diadopsi, kertas akan berdiam di salah satu
metode antara orang-orang dikerahkan untuk evaluasi, yaitu analisis
Empat aspek akan ditangani dengan:
(a) saling pengaruh antara berbagai
pengaturan serentak selama sesi virtual;
(b) para pengguna pemahaman
simbol-simbol yang digunakan dalam VE;
(c) struktur hubungan antara pengguna
dan panduan;
(d) kerusakan selama interaksi
manusia-VE. Tujuan dan makna yang dimaksudkan simulasi sebagaimana diatur oleh
desainer menjadi parameter utama untuk evaluasi.
12. pendekatan terpadu untuk
analisis ergonomis VR dalam psikoterapi: gangguan panik, Agoraphobia dan
gangguan makan
Untuk menghadapi aspek-aspek yang
berhubungan dengan VR lingkungan kegunaan untuk aplikasi psikoterapi berarti
berani tantangan ganda dari sudut pandang metodologis: dari satu sisi,
kebutuhan untuk beradaptasi dan untuk mengintegrasikan pada dasar heuristic
klasik kegunaan metode evaluasi untuk khusus artefak seperti lingkungan Virtual
3D untuk aplikasi klinis; dari sisi lain, masalah-masalah yang timbul dengan
integrasi penilaian ahli VR lingkungan berbasis pengguna tes dilakukan dalam
konteks nyata penggunaan. Latar belakang teoritis sikap analisis kami
didasarkan pada pendekatan ethnometodological, perspektif yang memberikan bukti
tentang bagaimana orang, dalam situasi sosial tertentu, dapat menyelesaikan
tugas-tugas kompleks memproduksi bersama makna dan mencapai tujuan mereka
selama interaksi. . Menurut perspektif ini, tujuan metodologis terdiri juga
dalam identifikasi persyaratan kegunaan komunitas tertentu praktek. Lingkungan
virtual yang dianggap adalah dua modul VR empat dalam rangka proyek VEPSY:
gangguan panik - Agoraphobia dan gangguan makan
BAGIAN V
MASA DEPAN CYBERTHERAPY: SKENARIO BARU DAN APLIKASI
13. Telepresence Virtual mendalam: Virtual Reality bertemu eHealth
Immersive Virtual Telepresence (IVT)
adalah alat yang dipakai di lingkungan
dunia maya yang dikombinasikan dengan fasilitas multimedia nirkabel - real-time
video dan audio - dan perangkat input -
pelacakan sensor, biosensors. Untuk fitur IVT dapat dianggap komunikasi telepresence inovatif berdasarkan visualisasi
3D interaktif, yang dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan berbagai masukan
dan set data dalam satu hal yang terlihat nyata seperti pengalaman.
Dalam hal ini mencoba untuk menjelaskan
keadaan saat ini tentang riset dan teknologi yang relevan dengan perkembangan
IVT dalam pengobatan. Selain itu, kita membahas prinsip-prinsip klinis dan keuntungan
yang mungkin terkait dengan penggunaan IVT dalam bidang ini.
Menggunakan virtual reality -
generasi pertama IVT lingkungan - mendukung IVT sebagai eHealth platform. Dalam
ringkasan keuntungan yang diharapkan oleh pendekatan ini adalah:
• Terapi efektif: seperti yang
ditunjukkan di atas, IVT menawarkan keuntungan signifikan lebih baik terhadap
penyakit tertentu yang dapat melengkapi dan/atau meningkatkan yang sudah ada
• Penerimaan pasien: seperti yang
dilaporkan oleh peneliti sebelumnya tema yang konsisten antara orang-orang yang
menderita gangguan neuropsychological lebih bersedia untuk menjalani penilaian
dan rehabilitasi di lingkungan sintetis 3D daripada di lingkungan fisik nyata
• Efektivitas biaya: banyak
rangsangan untuk pemaparan sulit untuk mengatur atau mengontrol, dan ketika
eksposur dilakukan di luar kantor terapis, itu lebih mahal dalam hal waktu dan
uang. Kemampuan untuk melakukan eksposur dari situasi perang PTSD pasien,
misalnya, tanpa meninggalkan kantor terapis, akan membuat perlakuan yang lebih baik bagi penderita
dengan biaya lebih rendah.
14. masa depan Cybertherapy:
memperbaiki pilihan dengan teknologi canggih
Cybertherapy adalah bidang yang
berkembang pesat karena teknologi saat ini dan informasi boom. Realitas virtual
dan teknologi canggih telah berhasil digunakan untuk berbagai masalah
kesehatan, termasuk pengobatan gangguan kecemasan dan fobia, pengobatan
gangguan makan dan tubuh dysmorphic, penilaian neuropsychological dan
rehabilitasi dan gangguan selama prosedur medis yang menyakitkan atau tidak
menyenangkan. Aplikasi l teknologi yang memiliki banyak keuntungan atas
modalitas pengobatan tradisional, dan kerugian yang menyertai ujian pertama
virtual reality dengan cepat ditangani
dan dihilangkan. Realitas virtual periferal seperti data, pemantauan fisiologis dan dunia
Internet cepat menunjukkan kegunaan mereka dalam aplikasi Cybertherapy. Arah
masa depan untuk penelitian termasuk perbaikan dari objektif ukuran kemanjuran
seperti fMRI dan fisiologis perangkat pemantauan, dan penyelidikan yang sedang
dilaksanakan untuk menentukan jika realitas virtual dan teknologi canggih dapat
digunakan untuk mengobati lingkup yang lebih luas dari gangguan, termasuk
depresi, skizofrenia, kecanduan narkoba dan autisme.
Masa depan realitas virtual terapi
termasuk pengobatan berbagai gangguan
seperti gangguan kecemasan dan fobia, gangguan makan dan tubuh
dysmorphic, penilaian neuropsychological dan rehabilitasi dan gangguan dari
prosedur medis.Di masa depan mungkin terdiri dari pengobatan kecanduan,
depresi, gangguan defisit perhatian, manajemen stres, dan pelatihan
keterampilan sosial Berbasis web sumber
daya untuk realitas virtual praktisi tersedia saat ini dan berada dalam
pengembangan yang berkelanjutan. Masukan
pada topik-topik seperti protokol klinis, peralatan update dan pembelian,
isu-isu etis, dan hasil penelitian terbaru dapat dengan mudah diakses
menggunakan Internet. Pelatihan untuk virtual reality, terapis juga tersedia
melalui Internet, sehingga memungkinkan untuk individu yang tertarik untuk
berpartisipasi. Terapi realitas virtual telah membuat kemajuan awal dalam
mengobati berbagai gangguan kesehatan mental, , tapi ada lebih banyak pekerjaan
untuk dilakukan di sejumlah bidang termasuk pengembangan yang lebih terjangkau
dan mudah digunakan ke perangkat keras dan perangkat lunak, pengembangan alat
pengukuran objektif berlaku dengan teknologi virtual reality, masalah efek
samping untuk beberapa pasien, dan lebih dikontrol studi untuk mengevaluasi
kekuatan realitas virtual terapi dibandingkan dengan terapi tradisional. Lebih
luas penyebaran teknologi akan mendorong industri untuk mengembangkan alat
dalam menanggapi kebutuhan pengguna.
Langganan:
Postingan (Atom)